Jumat, 06 Februari 2015

menjalani kehidupan




Menjalani Kehidupan Menurut Ajaran Sang Buddha





pendahuluan

cerita burung camar dan burung gagak
jaman dahulu kala, sewaktu kong fu cu mengunjungi lao zi untuk berdiskusi tentang kebaikan dan kebenaran.
lao zi berkata kepada kong fu cu, “putihnya camar bukan karena ia mandi setiap hari, dan hitamnya burung gagak bukan karena ia di celup tinta hitam setiap hari”.
“hitam dan putih adalah alami, tidak bisa mengatakan ini bagus dan yang itu buruk. membedakan baik dan buruk dengan konsep kebaikan dan kebenaran bagi manusia yang mengerti tao, manusia yang berpikir seperti itu telah membuat kesalahan seperti burung camar dan burung gagak”, lanjut lao zi
Menjalani Kehidupan Menurut Ajaran Sang Buddha
“bila kita mencoba untuk hidup sebagai manusia sejati tanpa mengganggu orang lain, semua dapat hidup dengan damai tanpa rasa takut”.
umat buddha tidak menganggap manusia sebagai penuh dosa dari asalnya. setiap manusia adalah orang yang sangat berharga yang dalam dirinya terdapat kebaikan dan juga kebiasaan buruk. kebaikan dalam diri seseorang selalu menanti kesempatan yang sesuai untuk berbunga dan matang. ada pepatah mengatakan,“ada begitu banyak hal baik dalam keburukan kita dan begitu banyak hal buruk dalam kebaikan kita”.
ajaran buddha mengajarkan bahwa semua orang bertanggung jawab untuk perbuatan baik dan buruknya sendiri dan bahwa setiap individu dapat membentuk nasibnya sendiri. kata sang buddha, “perbuatan buruk ini hanya di lakukan oleh dirimu, bukan oleh orang tua-mu, teman-mu atau saudara-mu. oleh karena itu dirimu sendirilah yang akan menuai hasil yang menyakitkan”. (dhammapada 165)
kesedihan kita di buat oleh diri kita sendiri dan tidak diturunkan oleh kutukan atau dosa asal dari leluhur. umat buddha tidak menerima kepercayaan bahwa dunia ini semata-mata merupakan suatu tempat percobaan dan pengujian. dunia ini dapat dibuat sebagai tempat dimana kita dapat mencapai kesempurnaan tertinggi, kesempurnaan adalah sinonim dengan kebahagiaan.
bagi sang buddha, manusia bukanlah suatu percobaan hidup yang dapat dicampakkan jika tidak di inginkan. jika dosa dapat diampuni, orang akan mengambil kesempatan dan melakukan lebih banyak dosa lagi.
umat buddha tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa pendosa dapat lepas dari konsekuensi perbuatannya dengan kemurahan dari suatu kekuatan eksternal. jika kita menyorongkan tangan ke dalam pembakaran, tangan akan terbakar dan semua doa di dunia tidak akan menghilangkan lukanya.
sama halnya dengan manusia yang berjalan ke dalam api perbuatan jahat. hal ini tidak berarti bahwa setiap perbuatan salah otomatis akan berakibat reaksi tertentu.
perbuatan jahat diawali dengan pikiran jahat, jika seseorang memurnikan pikiran, maka efek perbuatan sebelumnya dapat terkurangi atau terhapus seluruhnya. pendekatan sang buddha pada masalah penderitaan bukan khayalan, spekulasi atau metafisik tetapi berdasarkan pengalaman dan apa adanya.
bagi umat buddha, dosa adalah perbuatan yang keliru atau tidak bermanfaat (akusala kamma) yang menciptakan kejatuhan manusia (papa). orang jahat adalah orang yang gelap batin, bukan hukuman dan kutukan saja untuk membuat dia mengerti akan perbuatan jahatnya tetapi yang ia perlukan hanyalah bimbingan untuk pencerahannya.
semua yang diperlukan adalah adanya seseorang untuk menolongnya menggunakan akalnya untuk menyadari bahwa ia bertanggung jawab atas perbuatan kelirunya dan bahwa ia harus membayar konsekuensinya. karena itu kepercayaan akan pengampunan itu hal yang asing bagi ajaran buddha, walaupun umat buddha didorong untuk menyadari perbuatan mereka yang salah dan mengingatkan diri mereka sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan itu.
tujuan munculnya sang buddha di dunia ini bukanlah untuk mencuci dosa yang di lakukan oleh manusia ataupun untuk menghukum atau menghancurkan orang jahat, tetapi untuk orang memahami betapa bodohnya melakukan kejahatan itu dan menunjukan akibat dari perbuatan jahat semacam itu.
oleh karena itu, tidak ada perintah dalam ajaran buddha, karena tidak seorangpun yang dapat mengendalikan kemajuan spiritual orang lain. sang buddha telah mendorong kita untuk mengembangkan dan menggunakan pemahaman kita. sang buddha telah menunjukkan kita jalan untuk pembebasan kita dari penderitaan. aturan yang kita coba jalani bukanlah perintah, hal ini di jalani secara sukarela.
inilah ajaran sang buddha, “mohon diperhatikan, dengarkan nasehat ini dan pikirkan kembali. jika engkau pikir ini sesuai bagimu untuk mempraktikkan nasehat-ku, maka cobalah untuk mempraktikkannya. engkau dapat melihat hasilnya melalui pengalamanmu sendiri”.
sang buddha menasehati kita tentang bagaimana menjalankan kehidupan murni tanpa menetapkan perintah dan menggunakan ketakutan akan hukuman.
lima sila yang diambil oleh umat buddha sebagai praktik sehari-hari bukanlah perintah, hal itu didefinisikan sebagai aturan pelatihan yang di jalankan seseorang secara sukarela untuk pengembangan spiritualnya.
lima sila (pancasila Buddhist):
  1. membunuh mahluk hidup

  2. mengambil apa yang tidak diberikan

  3. prilaku seks yang salah

  4. berkata bohong

  5. meminum obat yang mencandu dan minuman keras
maka itu, “memahami dirimu sendiri adalah awal kebijaksanaan”.


0 komentar:

Posting Komentar