Jumat, 06 Februari 2015

cerita nilai kehidupan

KISAH BIJAK MAHADENAMUTTA

     Pada suatu hari, Mahadenamutta berjalan-jalan keluar-masuk kampung. Tanpa disadari, ia masuk ke sebuah kampung yang masyarakatnya dungu semua. Mahadenamutta menghentikan langkahnya ketika ia melihat seseorang sedang memotong dahan pohon.
Orang tersebut berada di atas pohon, duduk di dahan yang sedang ia potong dengan goloknya. Sementara itu, anak dan istrinya menunggu di bawah pohon.

“Tuan, hentikan memotong dahan itu. Kamu nanti akan jatuh!” Mahadenamutta mengingatkan orang yang sedang memotong dahan itu.

“Ah, Pak Tua sok tahu!” jawab orang itu dengan ketus.
Dan tak lama kemudian terdengar suara berdebum. Orang yang memotong dahan tadi jatuh bersamaan dengan dahan yang ia potong.

“Kamu harusnya duduk di pangkal dahan, bukan duduk di dahan yang kamu potong!” kata Mahadenamutta sambil menolong orang itu berdiri.

“Pak Tua ternyata orang sakti,” kata orang yang memotong dahan. Ucapan itu didengar oleh anak istrinya, dan juga tetangga yang mulai berkumpul setelah mendengar ada benda jatuh. Sontak, kabar kedatangan Pak Tua yang sakti ke kampung mereka segera tersebar.

Di sudut kampung, terjadi sebuah insiden ada seekor kambing kepalanya masuk ke dalam periuk. Kambing tersebut bermaksud minum air yang ada di dalam periuk tersebut, namun begitu kepalanya masuk, ia tak dapat mengeluarkan kepalanya. Semua orang yang mengetahui insiden tersebut kebingungan, bagaimana cara melepaskan kepala kambing dari periuk itu. Sementara si pemilik kambing dan si pemilik periuk bertengkar mempertahankan masing-masing barang miliknya. Seseorang mengajukan usul, supaya mengadukan ke Pak Tua sakti yang kebetulan sedang berada di kampung mereka.

“Pak Tua tolonglah kami yang sedang mendapatkan musibah berat…,” pemilik kambing dan pemilik periuk pun menceritakan insiden yang terjadi. “Jadi, bagaimana cara melepaskan kepala kambing saya?”
Mahadenamutta terdiam sejenak. "potong saja leher kambingnya!” kata Mahadenamutta mantap.
Tanpa ragu ahirnya mereka memotong leher kambing itu, dan benar saja periuk itu terlepas dari tubuh kambing.

“Horeee!!!!!” Semua yang hadir bersorak gembira. Apa yang dikatakan Pak Tua ternyata betul.
Di tengah sorak-sorai tersebut, pemilik kambing dan pemlilik periuk tertegun karena melihat kepala kambing masih ada di dalam periuk itu.

“Pak Tua, lantas bagaimana cara mengeluarkan kepala kambing dari dalam periuk ini?” tanya mereka.
“Pecahkan periuknya!” kata Mahadenamutta.
Mereka mengambil batu lalu memecahkan periuk itu. Prakk..!! Kepala kambing menggelinding ke tanah.

"Sungguh bijaksana sekali orang tua  itu" kata nya sambil memandang Mahadenamutta yang perlahan-lahan pergi meninggalkan mereka.

-----------------------------------
Terkadang kita harus bersikap bijak dalam mengambil suatu keputusan tanpa memandang apapun itu. Sehingga keputusan itu dianggap adil tanpa memberatkan satu sama lain.

Selasa, 11 Maret 2014

SAYAP YANG KERDIL

    Ini adalah kisah yang dialami oleh sebuah keluarga burung. Si induk menetaskan beberapa telor menjadi burung-burung kecil yang indah dan sehat. Si induk pun sangat bahagia dan merawat mereka semua dengan penuh kasih sayang. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Burung-burung kecil ini pun mulai dapat bergerak lincah. Mereka mulai belajar mengepakkan sayap, mencari-cari makanan untuk kemudian mematuknya.

Dari beberapa anak burung ini tampaklah seekor burung kecil yang berbeda dengan saudaranya yang lain. Ia tampak pendiam dan tidak selincah saudara-saudaranya. Ketika saudara-saudaranya belajar terbang, ia memilih diam di sarang daripada lelah dan terjatuh, ketika saudara-saudaranya berkejaran mencari makan, ia memilih diam dan menantikan belas kasihan saudaranya. Demikian hal ini terjadi seterusnya.

Saat sang induk mulai menjadi tua dan tak sanggup lagi berjuang untuk menghidupi anak-anaknya, si anak burung ini mulai merasa sedih. Seringkali ia melihat dari bawah saudara-saudaranya terbang tinggi di langit. Ketika saudara-saudarnya dengan lincah berpindah dari dahan satu ke dahan yang lain di pohon yang tinggi, ia harus puas hanya dengan berada di satu dahan yang rendah. Ia pun merasa sangat sedih. Dalam kesedihannya, ia menemui induknya yang sudah tua dan berkata, “Ibu, aku merasa sangat sedih, mengapa aku tak bisa terbang setinggi saudara-saudaraku yang lain, mengapa akau tak bisa melompat-lompat di dahan yang tinggi aku hanya bisa berdiam di dahan yang rendah?”

Si induk pun merasa sedih dan dengan air mata ia berkata, “Anakku, engkau dilahirkan dengan sayap yang sempurna seperti saudaramu, tapi engkau memilih merangkak menjalani hidup ini sehingga sayapmu menjadi kerdil.”

-------------------------------------------

Hidup adalah kumpulan dari setiap pilihan yang kita buat. Pilihan kita hari ini menentukan bagaimana hidup kita di masa depan. Kita memiliki kebebasan memilih tetapi setelah itu kita akan dikendalikan oleh pilihan kita, jadi berpikirlah sebelum berbuat, sadari setiap konsekuensi dari pilihan yang kita buat sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar